Nikel merupakan salah satu bahan baku pelapis produk seperti kran dan shower. 300 seri stainless steel dengan nikel sebagai bahan baku utama juga banyak digunakan dalam industri sanitasi. Kenaikan harga nikel diperkirakan akan berdampak tertentu pada perusahaan produksi.
Indonesia mempercepat larangan ekspor, harga nikel meroket
Minggu lalu, Pejabat Indonesia akhirnya menegaskan akan memberlakukan larangan ekspor bijih nikel pada bulan Januari 1, 2020, dua tahun lebih cepat dari waktu yang diumumkan sebelumnya. Menurut analisis, jika larangan tersebut dilaksanakan terlebih dahulu, Kapasitas produksi besi nikel yang ada di Indonesia tidak akan mampu mencerna produksi bijih nikel Indonesia, yang diperkirakan akan menyebabkan kekurangan sumber daya nikel global yang serius sebelumnya 2022. Saat ini terdapat kesenjangan yang sempit di pasar nikel global. Harga nikel melonjak tajam.
Pada awal Juli tahun ini, rumor pelarangan ranjau di Indonesia sudah merajalela, mendorong harga nikel naik tajam. Di antara mereka, kontrak utama nikel Shanghai naik 11.09% Dan 16.13% masing-masing pada bulan Juli dan Agustus, dan peningkatan Nikel LME pada bulan Juli dan Agustus 14.70% Dan 23.57% masing -masing.
Menurut Shanghai Futures Exchange, Tiongkok adalah konsumen nikel terbesar di dunia, dengan konsumsi 1.14 Juta ton di 2017, Akuntansi 53.4% dari total konsumsi global. Hal ini disebabkan oleh relatif langkanya sumber daya nikel di Tiongkok dan tingginya ketergantungan bahan baku terhadap bahan asing, dibutuhkan bijih nikel impor dalam jumlah besar.
Menurut data Administrasi Umum Kepabeanan, total impor bijih nikel dan konsentratnya Tiongkok 2018 adalah 46,992,300 ton, di antaranya adalah impor Indonesia 1,501,500 ton, dan Filipina’ impor adalah 3,000,82 ton, Akuntansi 31.96% Dan 63.86% masing -masing. Jika Indonesia menerapkan larangan ranjau, Tiongkok akan terkena dampak serius, dan produsen akan menghadapi tekanan lebih lanjut akibat kenaikan biaya.

